Jakarta (ANTARA News) - Tanpa gebyar rapat kerja nasional disingkat rakernas ekstra
guyuran duit plus fasilitas rawat inap, dan tanpa musik jalanan "nguing
nguing" di tengah kemacetan lalu lintas Jakarta, orang-orang pinggiran
dapat saja mencibir, "fuih fui fuih" sebagai atraksi dari "nge-jazz".
Bagaimana mendengarkan musik jazz di tengah haru biru rakernas, di
tengah kesumpekan kemacetan jalan Ibukota, dan di tengah kesibukan ibu
atau bapak dari institut jurnalistik Ngak Ngik Ngok?
Sambil
menikmati denting ritme jazz serba bebas merdeka, ibu dan bapak guru
sekolah jurnalistik mengajar bahwa menulis berita perlu lebih nyeleneh,
lebih mbalelo, dan lebih mau bongkar-bongkaran.
Ketika merespons asa ingin bongkar-bongkaran tapi hangat dalam
geraman vokal serba santai nyaris tanpa greget, maka dedengkot jazz
dunia, Louis Armstrong dengan trumpetnya mengirim warta pembebasan bahwa
silakan penonton jingkrak-jingkrak dari tempat duduk dan berteriak
spontan.
Huh, apa hubungan antara sekolah jurnalistik yang mewajibkan para
siswanya duduk tertib dengan variasi jazz yang mengomposisi ulang
melodi? Jawaban ada dalam wasiat Armstrong bahwa karya jazz terbaik
selalu penuh resiko dan sarat kejutan.
Ingin contoh aktual? Silakan membaca dan mencamkam sepak laku
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pilihan rakyat, Joko Widodo dan
Basuki Tjahaja Purnama. Duet Jokowi bersama Basuki memainkan jurus-jurus
harmoni jazz ketika menata Jakarta dan mewujudkan Jakarta Baru.
Di mata pengamat dan penulis jazz, Armstrong memikul fatsun bahwa
dia bernyanyi seperti bermain alat musik. Suara serak Armstrong
ditingkahi aksi main-main khas bocah menancap lekat di sanubari mereka
yang mengasihi jazz. Mereka dapat saja berujar, "This is jazz" bersama
Armstrong.
Nah, bagaimana bila Jokowi dan Basuki nyelonong ke perhelatan
JakJazz 2012 yang digelar di Istora Senayan Jakarta (indoor-outdoor)
pada 19-21 Oktober 2012?
Meskipun Jokowi gemar mendengarkan dan gandrung mencecap cita rasa
musik cadas, gelaran JakJazz 2012 bakal menambah energinya membangun
Jakarta Baru.
Kalau Armstrong sebagai ikon perdana musik jazz
menghardik "This is jazz", maka Jokowi bersama Basuki menghentak "This
is Jakarta".
Kalau Jokowi bersama Basuki sampai ngeloyor ke Jakjazz 2012, mereka
dapat bersua dengan Incognito, Jeff Lorber Fusion, Tetsuo Sakurai,
Mezzoforte, dan sederet musisi jazz dari mancanegara. Tinggal memilih
improvisasi mana yang Jokowi suka, tanpa perlu terjerambab ke dalam
permainan tanpa tujuan dan tanpa bentuk (noodling).
Selain mereka, ada Curtiz King, Jeremy Monteiro, Boris Savoldelly,
dan RTM Jazz Orchestra. Dari dalam negeri, akan ada sekumpulan
penampilan dari nama-nama besar seperti Ireng Maulana, Indra Lesmana,
Gilang Ramadhan, Dewa Budjana, Mus Mujiono, Idang Rasjidi Syndicate,
Maliq and D'essentials, Barry Likumahuwa Project, Tohpati, Tompi, Glenn
Fredly, Chaseiro, Eramono and New Spirit Band, Yance Manusama and Funky
Thumb, Syaharani and The Queen Fireworks, Lala Suwages, Sierra Soetedjo,
dan Rio Moreno Latin Combo.
Meskipun musik cadas menawarkan alur menghentak dan harmoni
menghardik pendengar, boleh jadi Jokowi dapat nyekrup dengan jazz
sebagai musik yang mengaduk emosi karena di sana ada perjumpaan antara
pemain dan penonton. Bukankah, Jokowi sudah menyatakan "kekuasaan untuk
warga", bukan "kekuasaan untuk birokrasi"?
JakJazz 2012 menyediakan hidangan sarat kejutan serba improvisasi
dan menyediakan harapan bahwa setiap pertunjukan selalu berbeda.
Ini
lantaran, jazz dapat dikenali, meski tidak harus dijelas-jelaskan
dengan kata-kata. Ini sepadan dengan tiga ujaran khas Jokowi, "tinggal
dieksekusi saja", "anda lihat sendiri", "saya ingin bekerja dengan speed
tinggi".
"Anda lihat sendiri, remnya tidak kelihatan, spidometernya tidak
ada, bagaimana ini terjadi di ibu kota negara. Perlu peremajaan total.
Polanya bisa subsidi atau hibah, asal jangan suruh rakyat beli, itu
jelas tidak mungkin," kata Jokowi di Terminal Kampung Melayu, Jakarta
Timur, Rabu (17/10).
Jika saja Jokowi mengeksekusi waktunya yang relatif sempit di tengah
jiwa bebas merdeka untuk nyelonong ke JakJazz 2012, maka dia akan
bersua dengan langgam permainan atraksi jazz yang serba interaktif,
selalu berubah sesuai dengan peristiwa-peristiwa sarat nuansa serba
musik di sekelilingnya (rhythm section jazz). Apa jaminannya?
Incognito sebagai band, disebut-sebut gaya musiknya mampu merebut
hati massa dari berbagai latar belakang, yang bukan musisi sampai
profesor-profesor musik. Mengapa? Ada tukar-wacana dari mereka yang
bakal tampil dalam JakJazz 2012.
Ternyata Incognito berambisi menjadi jujur kepada diri sendiri,
jujur kepada elemen-elemen musik, bukan mengejar angka penjualan album.
Incognito ingin menghibur, mendidik, dan membuka jalan bagi pesan
mereka, yaitu "Beyond colour and beyond creed, we are one nation under
the groove".
Sejumlah lagu-lagu lawas diolah kembali oleh Incognito untuk menebar
virus "Incognito-like". Sebut saja, Don't You Worry, Bout the Thing,
Always There dan Nights Over Egypt.
Ada juga Tetsuo Sakurai yang menolak disebut sebagai musisi jazz.
Sebagai bassis yang doyan menggunakan teknik menarik-narik senar dan
picking yang merupakan teknik khasnya, ia menyatakan, "Saya suka musik.
Semuanya itu saya tuangkan dalam album musik garapan saya."
Bagi Sakurai, jazz itu bebas merdeka. "Saya tidak hanya gandrung
dengan jazz. Saya suka genre musik lain, Saya ekpresikan semuanya itu
dalam album saya. Saya ingin berkarya tidak setengah-setengah," katanya
dalam sebuah wawancara dengan sebuah koran berbahasa Inggris.
"Saya sangat tertarik dengan hard rock. Saya gandrung dengan Grand
Funk Railroad dan Led Zeppelin. Saya mengkopi mereka dan lagu-lagu
mereka...," katanya. "Secara alami, saya tertarik dengan harmoni jazz,
Yang ditawarkan segala hal yang natural."
Boris Savoldelli, penyanyi kondang asal Italia, siap menawarkan
penampilam sendiri yang menawarkan perhelatan suara serba menawan di
hati penonton JakJazz 2012. "Salvodelli menawarkan inspirasi," tulis
laman resminya.
Selain menyanyikan jazz, penyanyi yang merilis album Biocosmopolitan
pada 2011 itu juga punya latar belakang musik rock sampai dengan
cengkok avant-garde. Ia menguasai berbagai macam genre, menjadikan vokal
Savoldelli makin mengusik hati.
Mengapa JakJazz 2012 perlu bagi Jakarta Baru, mengapa justru jalan
musik yang ditempuh untuk mewujudkan "kekuasaan untuk seluruh warga"?
Meskipun
jazz menolak definisi, musik tetap terlahir sebagai bahasa tentang
perasaan dan penderitaan manusia, sementara kata-kata merupakan
manifestasi dari bahasa akal-budi.
Dalam musik, kehendak manusia diwakili oleh melodi. Ada melodi yang
ceria, ada juga melodi lincah. Menurut filsuf Arthur Schopenhauer, musik
dipahami sebagai "bahasa universal", artinya musik dapat dimengerti
oleh semua orang. Seandainya dunia ini sudah tidak ada, maka musik
tetaplah abadi di langit suka duka ziarah hidup.
Dalam artikulasi JakJazz 2012, jazz adalah rasa senang, rasa sakit
atau rasa cemas. Jazz mengobati kecemasan setiap mereka yang mendamba
oase di tengah Jakarta yang kini diterpa kemarau hati.
Dengan berpesta bersama JakJazz 2012, publik Jakarta bersama Jokowi
dan Basuki hendak nyelonong dengan penegasan bahwa segala cita-cita atau
keyakinan-keyakinan tidak boleh dipaksakan kepada siapa pun, apalagi
digunakan sebagai alat meneguhkan kekuasaan sekelompok orang yang yakin
bahwa mereka memiliki "ajaran paling benar".
JakJazz 2012, adalah pendobrakan, adalah dekonstruksi menuju Jakarta Baru.
Lantas
bagaimana dengan drama rakernas sebagai improvisasi dari jazz bernama
kekuasaan kantor? Ah, beli saja tiket dan silakan nikmati sajian JakJazz
2012. Dengan begitu, anda tinggal berujar, "wow!



0 komentar
Posting Komentar